v
Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan
dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
v a. Fungsi Perencanaan
(Planning)
Fungsi perencanaan adalah sanagt penting bagi peerusahaan dimana fungsi ini akan menjadi pedoman dasar kegiatan atau fungsi-fungsi lainnya, dan perencanaan berperan sebagai acuan bagi segenap tindakan dalam merealisasikan tujuan-tujuan.
Fungsi perencanaan adalah sanagt penting bagi peerusahaan dimana fungsi ini akan menjadi pedoman dasar kegiatan atau fungsi-fungsi lainnya, dan perencanaan berperan sebagai acuan bagi segenap tindakan dalam merealisasikan tujuan-tujuan.
b. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Fungsi pengorganisasian dapat diartikan sebagai “how to organize works” atau bagaimana mengatur,memilah-milah sejumlah beesaran pekerjaan menurutbidan-bidangnya menjadi suatu kesatuan kerja. Ini berarti melakukan pengelompokkan tugas dan menciptakan wadahnya.
Fungsi pengorganisasian dapat diartikan sebagai “how to organize works” atau bagaimana mengatur,memilah-milah sejumlah beesaran pekerjaan menurutbidan-bidangnya menjadi suatu kesatuan kerja. Ini berarti melakukan pengelompokkan tugas dan menciptakan wadahnya.
c. Fungsi melaksanakan (Actuating)
Setelah rencana-rencana selesai dibuat,struktur organisasi terbentuk dan pengisian personilnya selesai dilakukan (direkrut dan dilatih),langkah berikutnya adalah menetapkan atau melaksanakan bagaimana agar arah atau langkah organisasi bergerak menuju arah yang telah ditetapkan.
d. Fungsi pengawasan (controlling)
Melalui funsi pengawasan,diharapkan dapat menjaga agar jalannya organisasi selalu berada di dalam jalur yang benar sehingga dengan demikian, kemungkinan terjadinya penyimpangan atas proses dan sasran yang telah ditetapkan,secara dini dapat dihindari/diatasi.
v Tingkatan manajemen dan manajer.
Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
1. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya. Misal:
2. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.
Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
1. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditmbulkan dari keputusan-keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan mmerumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya. Misal:
2. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memeiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan reana dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
3. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.
v
Perencanaan strategis adalah perencanaan yang meliputi keseluruhan
program yang akan dilaksanakan, mulai dari survei lapangan, analisis SWOT, dan
semua perhitungan yg diperlukan untuk menjaga program tetap berjalan sekaligus
menentukan antisipasi untuk kejadian-kejadian tak terduga.
Perencanaa taktis adalah perencanaan yang syarat dengan spikulasi, apapun hasil dan resikonya, itu masalah belakangan, yang penting bertindak dulu. tindakan adalah yang utama dalam perencanaan ini.
Perencanaa taktis adalah perencanaan yang syarat dengan spikulasi, apapun hasil dan resikonya, itu masalah belakangan, yang penting bertindak dulu. tindakan adalah yang utama dalam perencanaan ini.
v Gaya Kepemimpinan Klasik
Teori klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di
dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan
(directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur
tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu
mengarahkan (directing), pembinaan (coaching), Partisipatifi (participation)
dan Mendelegasikan (delegating)
o
Mengarahkan (directing)
Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon
kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah
dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki
penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Dalam situasi seperti ini Hersey and
Blancard menyarankan agar pemimpin memainkan peran directive yang tinggi,
memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu, dengan terus intens
berhubungan sosial dan komunikasi dengan bawahannya. Pertama pemimpin harus
mencari tahu mengapa orang tersebut tidak termotivasi, kemudian mencari tahu
dimana keterbatasannya. Dengan demikian pemimpin harus memberi arahan dalam
penyelesaian tugas dengan terus menumbuhkan motivasi dan optimismenya.
o
Membina/ Melatih (coaching)
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan
tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga harus
memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan dan tanggung jawab karyawan.
Oleh karena itu, pemimpin hendaknya menghabiskan waktu mendengarkan dan
menasihati, dan membantu karyawan untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan
melalui metode pembinaan.
o
Partisipatifi (participation)
Gaya kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer yang
harus diperankan ketika karyawan memiliki tingkat kemampuan yang cukup, tetapi
tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab. Hal ini bisa dikarenakan
rendahnya etos kerja atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung
jawab. Dalam kasus ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara
aktif mendegarkan dan mengapresiasi usaha-usaha yang dilakukan para karyawan,
sehingga bawahan merasa dirinya penting dan senang menyelesaikan tugas.
o
Mendelegasikan (delegating)
Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan
kemauan yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “delegasi”.
Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan,
karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya.
Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang
bagaimana, kapan dan dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya
delegasi ini tidak terlalu diperlukan komunikasi dua arah, cukup memberikan
untuk terus berkembang saja dengan terus diawasi.
Gaya Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan,
secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap
peningkatan produktivitas kerja karyawan atau pegawai. Hal ini didukung oleh
Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam
lingkungan organisasi merupakan faktor potensi dalam meningkatkan produktivitas
kerja. Sedangkan untuk bawahan yang tergolong pada tingkat kematangan yaitu
bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang seperti
ini masih pengarahan, karena kurang mampu, juga memberikan perilaku yang
mendukung. Dalam hal ini pimpinan atau pemimpin perlu membuka komunikasi dua
arah (two way communications), yaitu untuk membantu bawahan dalam meningkatkan
motivasi kerjanya. Selanjutnya, yang mampu tetapi tidak mau melaksanakan tugas
atau tangung jawabnya. Bawahan seperti ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk
melakukan pekerjaan, akan tetapi kurang memiliki kemauan dalam melaksanakan
tugas. Untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, dalam hal ini pemimpin harus
aktif membuka komunikasi dua arah dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh
bawahan. Sedangkan gaya delegasi adalah gaya yang cocok diterapkan pada bawahan
yang memiliki kemauan juga kemampuan dalam bekerja. Dalam hal ini pemimpin
tidak perlu banyak memberikan dukungan maupun pengarahan, karena dianggap
bawahan sudah mengetahui bagaimana, kapan dan dimana mereka barus melaksanakan tugas
atau tangung jawabnya. Dengan penerapan gaya kepemimpinan situasional ini, maka
bawahan atau pegawai merasa diperhatikan oleh pemimpin, sehingga diharapkan
produktivitas kerjanya akan meningkat.
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya
kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan.
Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk
mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya.
Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan
pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota
tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang
diputuskan pemimpin.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki
kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan
selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya. Pada kepemimpinandemokrasi, anggota
memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya
menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai
sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi
keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kepemimpinan
demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen
yang bervariasi.
Gaya Kepemimpinan Bebas
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil
di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian
masalah yang dihadapi. Sementara itu, kepemimpinan bebas cocok untuk angggota
yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi.